Jakarta, Buku digital atau e-book adalah alternatif buku teks yang lebih baik dan lebih canggih. E-book
mudah diperbanyak dan tersedia dalam banyak format sehingga
memungkinkan pembacanya berinteraksi dengan banyak materi, kuis,
multimedia dan suplemen lain yang memperkuat pelajaran.
Sayangnya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa membaca materi dari
buku cetak lebih mudah diingat untuk jangka panjang dibanding membaca
lewat layar. Kate Garland, dosen psikologi di University of Leicester di
Inggris menemukan bahwa tidak ada perbedaan dalam prestasi siswa ketika
materi yang sama disajikan dalam bentuk digital maupun cetak.
Namun, ia menemukan ada sedikit
perbedaan jangka panjang yang penting. Dalam sebuah penelitian, ia
meminta mahasiswa psikologi membaca materi ilmu ekonomi yang belum
pernah dikuasai. Ia menemukan ada 2 perbedaan yang muncul. Pertama,
diperlukan mahasiswa lebih banyak mengulang-ulang membaca lewat komputer
untuk memahami informasi yang sama. Kedua, pembaca buku lebih mencerna
materi secara lengkap.
Garland menjelaskan bahwa ketika
mengingat sesuatu, ingatan muncul tanpa harus berusaha mengingat konteks
di mana pernah mempelajari sesuatu atau mencari petunjuk untuk
menemukan jawaban. Menjadi tahu saja sudah cukup karena dapat mengingat
fakta-fakta penting lebih cepat dan mudah.
“Apa yang kami temukan adalah bahwa
orang-orang yang membaca dari kertas lebih cepat merasa tahu atas
informasi yang dibaca. Ketika membaca lewat komputer, dibutuhkan waktu
yang lebih lama dan harus membaca berulang-ulang agar pembaca dapat
menjadi tahu,” kata Garland seperti dilansir Time Healthland, Kamis (15/3/2012).
Konteks dan bentuk bacaan nampaknya juga
berperan penting dalam proses mengingat. Semakin mudah konteks dan
bentuk bacaannya, maka bahan bacaan makin mudah diingat. Faktor-faktor
yang tampaknya tidak relevan juga dapat membantu memperkuat ingatan.
Contohnya seperti materi bacaan di bagian atas atau kanan halaman, atau
mungkin terletak di dekat gambar.
Penataan ruang dalam buku nampaknya
sangat penting karena proses evolusi telah membentuk pikiran manusia
agar mudah mengingat isyarat lokasi sehingga orang dapat menemukan
jalan. Sejak zaman dulu, orang menggunakan trik yang disebut ‘metode
lokus’ untuk mengingat hal-hal yang berhubungan dengan tempat-tempat
yang diketahui, seperti bagaimana keadaan kamar di rumah semasa kecil.
E-book kurang memiliki penanda
tempat dibandingkan buku cetak, terutama halaman yang berurutan ke bawah
tanpa ada nomor halaman. Artinya, halaman e-book bisa dibilang
tak terbatas dan dapat memusingkan. Buku cetak memberikan pembacanya
titik referensi yang nyata dan membuat otak mudah mengingat sampai
sejauh mana materi yang telah dibaca.
“Saya juga berpikir bahwa orang lebih sedikit mengingat materi-materi dari e-book.
Ini bukan sesuatu yang secara resmi terukur, tetapi hanya didasarkan
pada penelitian yang kami lakukan dengan cara melihat perilaku membaca
lewat tablet, buku dan komputer,” kata Jakob Nielsen, pakar web ternama
dan kepala Nielsen Norman Group.
Nielsen juga menjelaskan bahwa
penelitian menunjukkan makin kecil layar yang digunakan untuk membaca,
maka bahan bacaan yang dibaca terasa kurang berkesan. Semakin besar
layar yang digunakan, makin banyak hal yang dapat diingat. Contoh paling
nyata adalah membaca buku lewat ponsel.
“Ingatan jangka pendek manusia sangat
lemah dan mudah berubah. Itu sebabnya melirik satu atau dua halaman dan
melihat semua halaman secara bersamaan memiliki manfaat besar. Meskipun
mata hanya dapat melihat satu hal pada suatu waktu, menggerakkan mata
dengan cepat jauh lebih praktis. Melihat halaman dan menghubungkan
berbagai materi membuat orang lebih mudah memahami,” kata Nielsen.
Sumber: detik.com