website trackingwebsite tracking

PTC..PELUANG DAPAT UANG HANYA DENGAN MODAL KLIK

Cara Instan Untuk Verifikasi PayPal !

Rabu, 13 Juni 2012

Plus TIPS : 5 cara agar bayi anda tidur dengan nyenyak


Bayi

5 cara agar bayi anda tidur dengan nyenyak

  1. Terapkan pola tidur malam untuk bayi. Pola tidur ini bisa dimulai sejak bayi baru lahir/ newborn.
  2. Lakukan perawatan bayi secara teratur. Mandikan bayi dengan air hangat dan sabun khusus bayi yang lembut di kulit sambil dipijat dengan lembut dengan baby oil.
  3. Saat bayi anda tidur, hindari sinar terang benderang atau suara-suara yang dapat menstimulasi bayi untuk tetap terjaga.
  4. Berikan susu (ASI atau Formula) menjelang jam tidur agar bayi tidak terbangun karena lapar. Ketika bayi sudah lebih besar, berilah makan lebih banyak maka dia akan tidur sepanjang malam
  5. Buatlah bayi terjaga selama mungkin pada siang hari. Jika bayi tidur siang/sore lebih dari 3 jam, bangunkanlah dan ajak bayi anda bercanda atau bermain selama beberapa saat.

Sikat Gigi Tidak Bersih Sebabkan Kanker


SELASA, 12 JUNI 2012 12:15 wib


Restika Ayu Prasasty - Okezone

detail berita
Rajin sikat gigi (Foto: Corbis)
HATI-HATI saat menyikat gigi. Pasalnya, para peneliti mengklaim bahwa menyikat gigi dengan tidak benar dan bersih dapat meningkatkan risiko kematian prematur akibat kanker.

Peneliti menemukan hubungan antara tingginya tingkat plak atau bakteri gigi dengan kematian akibat kanker. Terlalu banyak bakteri pada permukaan gigi dan gusi menyebabkan peningkatan risiko kematian dini sebanyak 80% (mengurangi usia hingga 13 tahun).

Para peneliti mengatakan, infeksi dan inflamasi sebagai penyebab satu dari lima kanker. Infeksi dan inflamasi juga merupakan elemen kunci dalam penyakit gusi yang disebabkan oleh plak gigi. Penyakit gusi menyebabkan bau mulut dan gusi berdarah. Jika tidak diobati akan menyebabkan gigi berlubang, gusi surut, dan ompong karena plak mengendap di antara gigi dan gusi.

Infeksi dan inflamasi gigi dan gusi juga dikaitkan dengan masalah kesehatan kronis, termasuk penyakit jantung. Hal ini diduga disebabkan peradangan dari gusi ke dalam aliran darah, meskipun peneliti di Amerika Serikat baru-baru ini menyampaikan bahwa hubungan tersebut mungkin hanya kebetulan.

Para peneliti di Swedia mengaku, temuan dalam studi terbaru mereka tidak membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara kanker dan plak gigi. Namun, dibenarkan jika kebersihan mulut yang buruk dapat menjadi indikator faktor gaya hidup lain yang terkait dengan kanker.

Studi ini melacak kesehatan 1.390 orang dewasa yang dipilih secara acak dari Stockholm selama 24 tahun, mulai 1985. Semua peserta berusia 30-an dan 40-an pada awal periode pemantauan. Kebersihan mulut mereka dinilai untuk mengetahui tingkat plak gigi, karang gigi, penyakit gusi, dan gigi mereka.

Tidak ada seorang pun di antara mereka yang memiliki penyakit gusi terbuka, tetapi mereka semua memiliki berbagai tingkat plak pada gigi dan permukaan gusi. Pada 2009, sebanyak 58 dari 1.390 orang tersebut meninggal, sekira sepertiga di antaranya perempuan (35%). Dari 58 kematian, 35 sendiri disebabkan kanker.

Rata-rata usia kematian 1.390 orang tersebut ialah 61 tahun untuk wanita dan 60 tahun untuk pria, menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal online BMJ Open. Padahal, pimpinan studi dari departemen kedokteran gigi di Institut Karolinka di Huddinge, Profesor Birgitta Soder mengatakan, para wanita dalam penelitian ini diharapkan hidup sekitar 13 tahun lebih lama, sedangkan para prianya 8,5 tahun. Kematian di antara para wanita itu terutama disebabkan kanker payudara, sedangkan para pria disebabkan berbagai jenis kanker yang berbeda.

Indeks plak gigi asli pada mereka yang telah meninggal lebih tinggi dibandingkan mereka yang masih hidup. Mereka yang meninggal memiliki nilai plak gigi 0,84-0,91 menunjukkan bahwa permukaan gusi dan gigi telah ditutupi dengan plak. Sedangkan nilai plak pada mereka yang masih hidup secara konsisten lebih rendah, berkisar antara 0,66-0,67 yang menunjukkan bahwa gigi dan gusi hanya sebagian tertutup plak.

Bahkan setelah faktor risiko penyebab kanker, seperti usia, merokok, tingkat pendidikan rendah dan frekuensi kunjungan gigi, hubungan antara jumlah plak gigi dan kematian dini tetap kuat. Namun, risiko absolut dari kematian dini rendah, seperti dilansir Dailymail, Selasa (12/6/2012).
(tty)

Berpikir Positif Cegah Stroke & Serangan Jantung


RABU, 18 APRIL 2012 18:00 wib


Gustia Martha Putri - Okezone

detail berita
Hadapi hidup dengan senyum (Foto: Corbis)
BERPIKIR positif ternyata tidak hanya meringankan beban hidup, tetapi bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Penyakit kardiovaskular akan malas datang jika Anda banyak berpikir positif.
Sebuah penelitian terbaru dari Harvard School of Public Health (HSPH) mengungkapkan, bahwa karakteristik psikologis positif seperti optimisme, kepuasan hidup, dan kebahagiaan yang hadir dalam diri seseorang dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke.

"Kami menemukan bahwa faktor-faktor seperti optimisme, kepuasan hidup, dan kebahagiaan berhubungan dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular dan tidak berhubungan dengan usia seseorang, status sosial, status ekonomi, merokok atau tidak, atau berat badan mereka," kata Julia Boehm, pemimpin penelitian dari Departemen Kesehatan Masyarakat dan Pengembangan Manusia HSPH, sebagaimana dilansirTimes of India, Rabu (18/4/2012).

Boehm menjelaskan, bahwa individu-individu yang paling optimis memiliki penurunan risiko terkena gejala awal gangguan kardiovaskular sekitar 50 persen dibandingkan rekan-rekan yang kurang optimistis.

Dalam reviu lebih dari 200 penelitian yang diterbitkan dalam dua database ilmiah utama, Boehm dan penulis senior Profesor Laura Kubzansky, yang juga dari Departemen Kesehatan Masyarakat dan Pengembangan Manusia HSPH, ditemukan ada aset psikologis seperti optimisme dan emosi positif yang mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular. Selain mencegah, faktor-faktor positif tersebut juga memerlambat perkembangan penyakit ini bagi yang sudah terkena.

Untuk lebih memahami bagaimana kerterkaitan yang terjadi antara kesejahteraan dalam psikologis dan gangguan kardiovaskular, Boehm dan Kubzansky juga meneliti hubungan kesejahteraan dengan gaya hidup yang sehat bagi kardiovaskular dan indikator biologis.

Mereka menemukan, bahwa individu dengan perasaan bahagia yang hadir ketika banyak pikiran-pikiran positif dalam otak turut menjalankan perilaku sehat, seperti berolahraga, makan makanan seimbang, dan tidur cukup.

Selain itu, lebih besar perasaan bahagia yang hadir akibat banyak berpikir positif tersebut, terkait dengan fungsi biologis yang lebih baik. Seperti menurunkan tekanan darah, terdapat banyak lemak sehat dalam tubuh, dan berat tubuh cenderung normal.

"Temuan ini menunjukkan penekanan bahwa kekuatan psikologis dapat meningkatkan kesehatan jantung," kata Kuzbansky. Hasil studi ini baru saja dipublikasikan secara online dalam Psychological Bulletin.
(tty)

Kesehatan Jiwa pun Merosot Akibat Rokok


MINGGU, 27 MEI 2012 17:12 wib


Gustia Martha Putri - Okezone

detail berita
Rokok (Foto: GUIM UK)
SEMUA orang tahu bahwa perokok yang berhenti merokok akan memiliki banyak manfaat bagi fisik tubuh. Tetapi ternyata tak hanya fisik, ketika seseorang berhenti merokok kualitas kesehatan mental pun menjadi dapat lebih baik.

Para peneliti di University of Missouri yang melakukan penelitian tentang perokok berusia 18 hingga 35 tahun menemukan bahwa mereka yang telah berhenti di usia tersebut mengalami penurunan terhadap sifat impulsif yang dimiliki, serta neurotisisme, yakni kecenderungan untuk mengalami emosi negatif, seperti kemarahan, kecemasan, atau depresi, dalam diri mereka.

"Studi ini menunjukkan bahwa banyak perokok muda memulai kebiasaan merokok karena dorongan emosi, tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Tetapi ketika mereka berhasil menghilangkan kebiasaan tersebut, itu menandakan mereka telah belajar melihat suatu hal atau masalah dengan lebih bijak," ujar seorang penelitia sebagaimana dilansir Askmen, Minggu (27/5/2012).

Para peneliti mengatakan bahwa pola impuls (dorongan emosi hati) perokok remaja masih sama dengan persepsi kuno yang menyatakan bahwa orang yang mulai merokok karena terlihat keren.

"Karena impuls yang ada dan penuh sesak neurotisisme dalam diri kaum muda, mereka menjadi salah jalan untuk menjadi seseorang yang percaya diri," ujar peneliti. (tty)

Popok Sekali Pakai Sebabkan Kaki Bayi Melengkung?


SELASA, 12 JUNI 2012 18:27 wib


Gustia Martha Putri - Okezone

detail berita
Anak nyaman pakai popok (Foto: Corbis)
MENURUT survei, bayi yang menggunakan popok sekali pakai masih berjumlah sedikit di Indonesia. Salah satu penyebabnya karena adanya mitos yang masih dipercaya dapat membuat kaki bayi melengkung seperti huruf "O".

Pemakaian popok pada bayi berfungsi memberikan kenyamanan pada bayi, khususnya saat sang bayi tidur. Pasalnya, saat seorang bayi tidur, hormon-hormon perkembangan dan pertumbuhan pada otak dan tubuhnya bekerja.

Secara keseluruhan di Indonesia, penggunaan popok sekali pakai atau diapers hanya sebesar 74 persen. Di kota-kota kecil di Indonesia hanya 39 persen. Angka tersebut masih tergolong rendah di banding negara-negara Asia lainnya.

Ada tiga hal yang menjadi penyebab masih rendahnya jumlah pengguna popok sekali pakai di Indonesia. Pertama, kehawatiran iritasi pada kulit bayi. Kedua, masih diyakininya mitos pemakaian popok sekali pakai dapat membuat kaki bayi melengkung seperti huruf O, dan harga yang mahal menjadi faktor ketiga.

"Salah satu yang membuat bayi nyaman ketika tertidur karena tidak merasakan lembap akibat popoknya yang bocor. Pemilihan popok sekali pakai yang sudah dikenal kualitasnya dapat dijadikan solusi untuk mengatasi kenyamanan tidur bayi. Jika ada anggapan penggunaan popok sekali pakai dapat membuat kaki bayi melengkung seperti huruf O, itu hanya mitos," tutur dr. Rosalina Dewi Roeslani, SpA(K) dalam peluncuran produk Mamypoko terbaru di Djakarta Theatre, Jakarta, Selasa (12/6/2012).

Wanita yang akrab disapa dokter Rosi ini menjelaskan, sampai saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan popok sekali pakai bisa menyebabkan kaki berbentuk seperti huruf O atau disebut bow leg.

"Semua bayi terlahir dengan bentuk seperti katak dan kakinya memang bengkok, tapi kondisi ini normal sampai dia berusia 18 bulan. Seiring dengan berjalannya waktu, maka kondisi ini akan menghilang ketika bayi sudah mulai belajar berjalan," tutupnya.
(tty)

Uniknya Kafe Kucing di Osaka

Terlalu Sedikit Garam Bisa Bahaya untuk Kesehatan


RABU, 6 JUNI 2012 18:26 wib


Gustia Martha Putri - Okezone

detail berita
Garam (Foto: google)
MENURUT studi penelitian yang banyak dikabarkan belakangan ini menyatakan bahwa asupan tinggi garam berbahaya bagi kesehatan. Tetapi, terlalu sedikit natrium pun hampir sama buruknya.

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association mengemukakan hasil penelitian bahwa terlalu sedikit natrium dapat mempengaruhi kesehatan jantung.

Para peneliti dari studi ini menemukan bahwa mirip dengan diet natrium tinggi, diet rendah sodium juga tidak bagus untuk kesehatan. Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan 28.880 pria dan wanita berusia 55 tahun.

Sebagaimana dilansir iVillage, Rabu (6/6/2012), hasil penelitian mengungkapkan bahwa orang yang memiliki empat sampai enam gram natrium setiap hari berisiko 19 persen lebih besar mengalami penyakit kardiovaskular dan kematian dibandingkan dengan orang yang memiliki dua sampai tiga gram natrium. Dengan kata lain, lebih sedikit garam yang mereka konsumsi, semakin besar risikonya pada kesehatan mereka.

Selain itu, peserta studi yang sedang diet rendah garam mengalami peningkatan rawat inap dan risiko kematian lebih tinggi akibat gagal jantung, ujar seorang peneliti studi tersebut.

Dr Susan Jebb, Kepala Gizi dan Penelitian Kesehatan MRC di kantornya Cambridge seperti dikutipTimesonline, mengatakan konsumsi garam yang direkomendasikan untuk orang dewasa sebesar enam gram atau setara dengan satu sendok teh. Dengan konsumsi garam enam gram per hari, bisa mengurangi risiko stroke 13 persen dan risiko penyakit jantung 10 persen.

Asupan garam memang perlu dibatasi agar terhindar dari penyakit tekanan darah, seperti stroke dan jantung. Namun, terlalu sedikit garam dapat menyebabkan gangguan mental, ketidakmampuan berkonsentrasi, dan dalam kasus yang ekstrem bisa berakibat fatal mengalami hiponatremia.
(tty)

Peminum Teh Jarang Kena Diabetes


Bramirus Mikail | Asep Candra | Jumat, 8 Juni 2012 | 16:07 WIB

shutterstock
KOMPAS.com — Ini adalah kabar baik bagi Anda pencinta minuman teh. Riset terbaru mengindikasikan, minum teh dapat membantu menurunkan risiko diabetes tipe 2, tetapi hanya jika Anda minum empat cangkir atau lebih setiap hari.

Sebuah studi populasi di Eropa menemukan bahwa negara-negara yang minum empat cangkir teh sehari—rata-rata masyarakat di Inggris—memiliki risiko 20 persen lebih rendah terkena penyakit diabetes tipe 2.

Peneliti mengatakan, manfaat dari minum teh tampak paling jelas di antara peminum teh berat (4 cangkir atau lebih sehari). Sedangkan mereka yang minum satu sampai tiga cangkir sehari tidak mengalami penurunan risiko terhadap diabetes.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Christian Herder dari Leibniz Center untuk Penelitian Diabetes di Heinrich Heine University Duesseldorf, Jerman, mengatakan, riset sebelumnya menunjukkan konsumsi teh dikaitkan dengan insiden lebih rendah dari diabetes tipe 2.

"Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk pengembangan diabetes tipe 2, tetapi faktor makanan juga dapat berperan. Salah satu faktor diet yang menarik adalah konsumsi teh. Konsumsi teh dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2 dengan memengaruhi pencernaan glukosa, penyerapan glukosa, dan dengan melindungi sel beta dari kerusakan radikal bebas. Efek menguntungkan ini mungkin disebabkan oleh kandungan polifenol dalam teh," jelas Herder.

"Minum sedikitnya empat cangkir teh per hari dikaitkan dengan 20 persen risiko lebih rendah, sedangkan minum satu sampai tiga cangkir per hari tidak menurunkan risiko diabetes dibandingkan dengan mereka yang bukan peminum teh," tambahnya.

Herder mengatakan, belum diketahui secara pasti apakah jumlah asupan teh memengaruhi. Oleh karena itu, ia meneliti hubungan antara konsumsi teh dan jumlah kasus diabetes tipe 2 pada populasi masyarakat Eropa.

Riset ini dilakukan di 26 pusat penelitian di delapan negara Eropa, dan terdiri dari 12.403 insiden kasus diabetes tipe 2 ditambah ribuan relawan lain yang tidak memiliki penyakit.

"Meningkatkan pemahaman kita tentang modifikasi gaya hidup terkait dengan perkembangan diabetes tipe 2 menjadi sangat penting karena prevalensi diabetes terus meningkat dengan cepat."

"Sejalan dengan temuan ini, tidak ada hubungan ketika konsumsi teh dipelajari sebagai suatu variabel kontinu. Ini mungkin menunjukkan bahwa efek perlindungan teh hanya terbatas untuk mereka yang mengonsumsi teh dalam jumlah paling tinggi," ungkapnya.

Permen Ekstrak Kemangi Atasi Bau Mulut


Kemangi untuk penambah nikmat rasa makanan, juga berkhasiat redakan stres.
TERKAIT:
YOGYAKARTA, KOMPAS.com  - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta memanfaatkan ekstrak daun kemangi (Ocinum canum) sebagai bahan aktif permen herbal pencegah bau mulut.
"Kemangi memiliki kandungan flavonoid bersifat antimikroba yang mampu mencegah masuknya bakteri, virus, dan jamur yang membahayakan tubuh," kata Ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Winda Nirmala di Yogyakarta, Minggu (10/6/2012).
Flavonoid, terang Winda, berperan secara langsung sebagai antibiotik yang mengganggu fungsi dari mikroorganisme. Selama ini, kemangi biasa digunakan sebagai lalapan pada waktu makan untuk menghilangkan bau mulut. Tetapi cara itu kurang efektif karena kemangi hanya  digunakan pada saat-saat tertentu.
"Oleh karena itu, diperlukan terobosan baru untuk dapat menghilangkan bau mulut dengan cara yang lebih efektif, misalnya dibuat permen. Cara itu lebih efektif karena permen dapat dikonsumsi kapan saja dan di mana saja," katanya.
Ia mengatakan, masyarakat Indonesia kebanyakan menghindari makan makanan yang berpotensi menimbulkan bau mulut seperti jengkol, durian, dan petai. Bau mulut selain disebabkan oleh bakteri penyebab bau mulut, juga disebabkan oleh sisa-sisa makanan yang tertinggal di dalam mulut.
"Hampir 90 persen penyebab bau mulut adalah bakteri penghasil sulfur yang tinggal di bagian belakang mulut. Untuk memberikan alternatif antibau mulut yang aman dikonsumsi, kami membuat permen herbal dari ekstrak daun kemangi," katanya.
Cara pembuatan permen kemangi diawali dengan mencuci bersih daun kemangi kemudian diblender sampai halus. Proses selanjutnya adalah pemerasan ekstrak daun kemangi sambil disaring dengan saringan 200 mesh, dilanjutkan dengan membuat variasi konsentrasi ekstrak 25 persen, 50 persen, 75 persen, dan 100 persen.
Ekstrak daun kemangi kemudian dimasak sambil dicampur dengan glukosa dan asam sitrat sampai agak lengket dilanjutkan dengan meletakkan permen pada loyang dan membiarkan selama satu jam, selanjutnya mencetaknya. Setelah itu didinginkan pada "freezer" selama 24 jam kemudian mengemas permen dalam plastik
"Uji karakteristik permen herbal dari ekstrak daun kemangi antara lain analisis kadar air, kadar gula, uji kadar serat kasar, dan analisis kedaluwarsa. Selanjutnya dilakukan uji daya hambat ekstrak daun kemangi terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans dan uji penerimaan masyarakat (organoleptik)," katanya.

Depresi Punya Manfaat Bagi Kesehatan Mental


inda Mayasari - detikHealth

img
(Foto: Thinkstock)
Jakarta, Ketika Anda merasa sedih dan depresi, jangan terburu-buru mengambil obat anti depressan. Depresi tidak sepenuhnya buruk untuk kesehatan mental Anda, atasi dengan cara yang tepat untuk mendapatkan manfaat dari kondisi tersebut.

Sebuah studi yang diterbitkan tahun lalu dalam American Journal of Psychiatry menyatakan bahwa di antara pasien yang dirawat karena masalah kesehatan mental, sebanyak 57 persen menggunakan obat anti depressan saja, sementara hanya 11 persen menjalani psikoterapi sendirian dan sisanya mendapatkan kedua perlakuan tersebut bersama-sama.

"Ada banyak alasan mengapa penggunaan obat sangat populer dibandingkan terapi. Salah satunya adalah kebiasaan tentang cara termudah untuk menangani sakit apapun adalah dengan menelan pil," kata Mark Olfson, MD, seorang peneliti di Columbia University School of Medicine, seperti dilansir dari prevention, Kamis (14/6/2012).

Obat anti depressan juga dapat diperoleh dengan mudah di apotek tanpa mengeluarkan banyak uang. Jika Anda pergi ke psikiater, Anda akan mengeluarkan lebih banyak uang untuk setiap sesi konsultasi.

Tetapi, psikiater akan memberikan stimulus kepada Anda agar dapat menghadapi masalah Anda dan mnghilangkan depresi secara alami. Menurut teori, rasa sakit dan kesedihan yang Anda rasakan ketika sedih bertujuan sebagai kekuatan dan mengklarifikasi penyembuhan.

"Depresi mungkin cara alami tubuh Anda yang akan memberitahu Anda untuk berhenti dan fokus pada hal-hal yang mengganggu pikiran, sehingga Anda bisa melewatinya dan melanjutkan hidup Anda. Depresi mungkin menyebabkan kesehatan mental Anda menjadi lebih baik," kata Paul Andrews, PhD, ahli biologi di Virginia Commonwealth University.

Penelitian telah menemukan bahwa kesedihan bisa memicu penalaran analitis, yaitu sejenis pemikiran intens yang memungkinkan Anda untuk memecah masalah yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan lebih mudah dikelola, sehingga lebih mudah untuk diatasi.

Lara Honos-Webb, PhD, seorang psikolog klinis di San Francisco, memberikan saran kepada pasiennya untuk memikirkan masalah yang membuatnya depresi. Dengan cara ini, pasien akan berusaha untuk semakin melepaskan diri dari cengkeraman penyebab depresi. Anda dapat menjadi lebih kuat dan lebih tangguh karena pengalaman depresi.

Sementara menelan pil anti depressan dapat mencegah penderitaan psikologis, Anda dapat meningkatkan kemampuan otak dengan memikirkan kembali hal-hal yang membuat Anda depresi. Menghadapi tantangan dapat menguatkan Anda dan membuat Anda lebih siap untuk menghadapi tantangan berikutnya.

Obat tidak boleh menjadi hal utama yang berperan dalam pengobatan depresi. Bagi sebagian orang yang menderita depresi klinis mungkin memang perlu untuk mengonsumsi obat anti depressan, bahkan hal ini dapat menyelamatkan nyawanya.

Tetapi jika Anda mengalami stres ringan karena kesedihan, Anda tidak perlu mengambil obat anti depressan. Anda hanya perlu bekerja sama dengan otak untu memerangi penyebab depresi.

Terapis harus membantu pasien untuk fokus pada hal-hal yang mengganggunya dengan memberikan perhatian lebih pada apa yang pasien renungkan. Sehingga terapis dapat mengidentifikasi masalah dan kemudian membantu pasien dengan memberikan solusi.

Jika Anda tidak ingin menempuh jalan terapi psikologi, Anda dapat mencoba teknik yang cukup membantu yaitu dengan menuliskan apa yang menganggu pikiran Anda.

Sebuah studi pada tahun 2006 dan 2008 menemukan bahwa ketika penderita depresi menuliskan hal yang dirasakannya secara ekspresif, akan memaksa untuk fokus pada masalahnya. Depresi akan cenderung menjadi ringan daripada seseorang yang hanya memendam sendiri masalahnya.

(ir/ir

Masa Depan Penderita Kelainan Genetik


 Pengobatan penyakit di masa depan tak sebatas mengatasi gejala dan manifestasi. Pengobatan ditujukan langsung ke ”sumber masalah” di tingkat gen, terutama untuk penyakit akibat kelainan genetik, seperti talasemia. Penelitian di tingkat gen memberikan harapan baru bagi penderita.

Ahli dari Molecular Genetics and Gene Regulation School of Biotechnology and Biomolecular Sciences, University of New South Wales, Sydney, Australia, Merlin Crossley dan rekan-rekan, memanfaatkan modulasi gen dan pengaturan ekspresi gen guna mengatasi talasemia. Crossley memaparkan dalam seminar ”Modulating Gene Expression in Human Genetic Disease” di Kedutaan Besar Australia, Mei.

”Manusia pada dasarnya merupakan mutasi. Seorang anak membawa paduan gen dari bapak dan ibunya,” kata Crossley. Ekspresi gen dalam tubuh manusia dapat diregulasi, yakni dipadamkan atau dinyalakan.

Talasemia, misalnya, merupakan mutasi yang tak lepas dari perlawanan tubuh terhadap malaria. ”Penyakit talasemia banyak terdapat di daerah berjangkitnya malaria atau pernah menjadi daerah endemik malaria, seperti di daerah tropis, Eropa tenggara, mediterania, dan Timur Tengah,” ujarnya.

Parasit malaria berkembang di sel darah merah sehat. Perubahan kecil di satu gen globin—setiap orang mempunyai dua gen globin, yakni satu dari ibu dan satu dari ayah—dapat melemahkan sel darah merah sehingga parasit malaria tidak bisa tinggal. ”Mutasi ini tidak buruk bagi mereka yang tinggal di daerah malaria karena menjadi perlindungan diri. Mutasi hanya pada satu globin tidak menimbulkan gejala sakit, orang terkait tetap sehat, tidak terkena malaria,” kata Crossley.

Masalah timbul ketika dua orang yang mengalami mutasi di salah satu gen globinnya menikah. Anak yang dilahirkan berpeluang lahir dengan mutasi ganda karena mendapatkan salinan dari gen globin ayah ibunya sehingga mengalami talasemia berat.

Kelainan gen globin pada talasemia berat mengakibatkan rantai globin berkurang. Rantai yang tak utuh membuat keping darah mudah pecah (sel darah merah berumur pendek) dan melepaskan zat besi yang merupakan unsur pengikat hemoglobin. Akibatnya, penderita kekurangan darah dan terancam jiwanya. Di Indonesia, usia harapan hidup orang dengan talasemia sekitar 30 tahun jika didukung transfusi darah rutin dan obat penguras zat besi (khelasi).

Ubah ekspresi gen

Modulasi gen adalah praktik mengubah ekspresi gen. Dalam kasus talasemia, pengaktifan kembali ekspresi gen globin janin menawarkan obat potensial untuk talasemia.

Menurut Crossley, hal itu didasarkan pada kenyataan saat dalam kandungan, bayi dengan talasemia tumbuh normal karena mempunyai gen globin janin. Gen itu mampu mengikat oksigen untuk memastikan pasokan oksigen memadai dari ibu.

Begitu bayi lahir, kata Crossley, gen globin dewasa mulai aktif dan gen globin janin padam. Pada orang dengan talasemia berat, gen globin dewasa tidak bekerja baik lantaran terjadi mutasi. ”Namun, ada segelintir orang yang gen globin janinnya menyala sepanjang hidup mereka. Mereka yang talasemia dapat hidup normal,” katanya.

Berangkat dari perkecualian itu, penelitian dilakukan di pelbagai pusat riset di dunia dengan harapan jika gen globin janin pada orang dengan talasemia dapat dinyalakan kembali, penyakit itu bisa disembuhkan.

Crossley mengatakan, terdapat protein pengikat DNA (DNA binding protein) yang berperan memadamkan gen globin janin. Protein ini termasuk faktor yang mengatur proses transkripsi dan pembelahan molekul DNA.

Para peneliti, termasuk Crossley, berupaya mendapatkan protein yang berperan membuat gen globin janin padam. Crossley memfokuskan penelitian pada kelompok Kruppel-like factor (KLF) yang terdiri atas 17 protein. KLF sebagai faktor transkripsi merupakan regulator kunci dari ekspresi gen globin dalam pembentukan sel darah.

Crossley dan rekan-rekan menyelidiki deretan peranti sinyal dan jaringan protein KLF dalam ekspresi gen globin untuk mengaktifkan kembali gen globin janin. Mereka menginvestigasi dua protein yang dicurigai berperan dalam meredam gen globin janin, yakni KLF 3 dan KLF 8. KLF 3 adalah penekan transkripsi.

Para peneliti merekayasa genetik sel induk embrionik tikus percobaan sehingga dihasilkan tikus tanpa KLF 3. Setelah itu mengamati ekspresi gen. Ternyata menghilangkan KLF 3 tidak mengubah ekspresi gen. ”Setidaknya perlu dua protein yang dihambat,” kata Crossley.

Kemudian, peneliti mengamati ekspresi gen yang dimutasi pada KLF 3 dan KLF 8. Hasilnya, sejumlah gen meningkat ekspresinya dan ada yang terkait dengan gen globin janin.

Hasil penelitian itu masih sangat awal. ”Belum ada obat untuk memadamkan KLF 3 dan KLF 8. Kami tidak bisa ’memadamkan’ KLF 3 dan KLF 8 pada manusia seperti pada tikus. Itu tidak etis,” kata Crossley.

Tim menginvestigasi cara kerja tubuh dalam mengaktifkan KLF 3 dan KLF 8, lantas mengembangkan strategi untuk menghambat pembentukan kedua protein dalam tubuh. ”Ini merupakan perjalanan panjang. Hasilnya baru akan dirasakan di masa depan,” katanya.

KLF 3 dan KLF 8 dapat diregulasi antara lain melalui proses peredaman ekspresi gen dan protein dengan mekanisme RNA interference (RNAi). Asam ribonukleat (RNA) merupakan substansi genetik yang menjadi perantara dalam penyandian protein dari gen dalam DNA.

Crossley mengatakan, pihaknya menginvestigasi kinase dalam kelompok homeodomain-interacting protein kinase yang tampaknya meregulasi KLF 3 dan KLF 8.

Enzim inhibitor yang khusus menghalangi dari protein kinase atau koenzim NADH dianalogikan dapat melepaskan gen globin janin yang tertekan atau teredam. Tim lain meneliti penekan lain dari gen globin janin. Ada pula tim yang mencari gen yang mendukung gen globin janin untuk ”menyala” kembali.

Tidak hanya talasemia

Crossley mengatakan, penelitian modulasi gen tidak hanya pada talasemia, tetapi juga pada hemofilia. Pada orang dengan hemofilia, terjadi mutasi yang meredam gen sehingga faktor pembeku IX tereliminasi dan pembekuan darah sulit terjadi. Namun, terdapat sebuah kasus di mana orang dengan hemofilia membaik setelah memasuki pubertas. Terjadi mutasi yang mencegah protein pengikat DNA untuk berikatan.

”Ternyata, testosteron memegang peranan. Testosteron dapat merangsang ekspresi dari faktor pembekuan darah IX,” ujarnya.

Namun, terlalu berbahaya menggunakan hormon testosteron untuk mengatasi hemofilia karena dapat mengganggu fungsi tubuh lain. Selain itu, ada juga kasus pasien yang tidak sembuh setelah pubertas karena ada mutasi gen lain.

Penyakit lain, seperti obesitas, juga menjadi wilayah penelitian modulasi gen. Tikus yang KLF 3-nya dipadamkan menjadi kurus dengan kadar lemak tubuh yang rendah.


Oleh : Indira Permanasari
kompas.com

Fakta Aneh Tentang Insomnia


Rahma Lillahi Sativa - detikHealth


Jakarta, Insomnia atau kondisi kesulitan tidur di malam hari tidak terjadi pada setiap orang. Tapi gangguan ini makin banyak saja yang mengalaminya.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders(DSM) mengatakan bahwa pada insomnia yang sebenarnya, gejala-gejalanya muncul selama setidaknya satu bulan dan tidak terjadi bersamaan dengan gangguan tidur lainnya, gangguan mental, kondisi medis atau penggunaan obat-obatan tertentu.

Kehilangan jam tidur memiliki efek negatif pada kesehatan. Sebuah tinjauan dari University of Rochester pada tahun 2010 menemukan bahwa orang yang terus-menerus mengalami kekurangan jam tidur lebih mungkin mengalami kecelakaan lalu lintas, melewatkan hari kerja, kurang puas dengan pekerjaannya dan lebih mudah terganggu oleh lingkungan di sekitarnya.

Simak 7 fakta aneh yang membantu menjelaskan mengapa orang tidak bisa tidur seperti dilansir dari myhealthnewsdaily, Rabu (13/6/2012) berikut ini.

1. Insomnia Bisa Saja Turunan

Masalah tidur bisa muncul dalam satu keluarga. Sebuah penelitian di tahun 2008 menemukan bahwa remaja yang orangtuanya menderita insomnia juga berisiko tinggi menggunakan obat tidur yang diresepkan dan memiliki masalah mental.

2. Hewan Peliharaan dan Serangga Juga Bisa Menderita Insomnia

Hewan lain seperti serangga tidak bisa mengeluh begitu saja saat mengalami insomnia, tetapi beberapa studi menunjukkan hewan juga menderita gangguan tidur seperti manusia.

Lalat-lalat insomnia itu pun lebih sering kehilangan keseimbangan, lebih lambat belajar dan memiliki lebih banyak lemak, semuanya menyerupai gejala pada manusia yang kurang tidur.

3. Jet Lag Sosial Bisa Jadi Penyebab Insomnia

Jika Anda kesulitan bangun di Senin pagi, bisa saja Anda mengalami 'jet lag sosial' yaitu kebiasaan mengikuti jadwal tidur pada hari kerja dan akhir pekan yang berbeda dari orang-orang pada umumnya.

Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa orang dengan jadwal tidur di hari kerja dan akhir pekan yang berbeda tiga kali lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan.

4. Obat tidur Masih Populer Meski Gagal Sembuhkan Insomnia

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal BMJ Open, peneliti menemukan bahwa orang yang memakai obat tidur yang diresepkan hampir lima kali lebih mungkin meninggal pada studi selama 2,5 tahun dibandingkan orang-orang yang tidak minum obat tidur.

5. Hormon Wanita Bisa Saja Menyebabkan Insomnia

Wanita dua kali lebih mungkin menderita insomnia daripada pria. Hal ini diungkap National Sleep Foundation.

Tak tidur di malam hari dan mengantuk di siang hari pun seringkali dikaitkan dengan perubahan hormon dalam kehidupan wanita, termasuk kehamilan, menopause dan siklus menstruasi.

Namun seiring dengan perubahan hormon, insomnia juga dikaitkan dengan kondisi seperti kecemasan, depresi, masalah pernafasan saat tidur dan sindrom gelisah kaki.

6. Meski Jarang, Seseorang Juga Bisa Meninggal Akibat Insomnia

Fatal familial insomnia adalah penyakit genetik langka yang mencegah seseorang dari tertidur karena akhirnya bisa menimbulkan kematian.

Para ahli telah mengidentifikasi fatal familial insomnia sebagai penyakit prion yang disebabkan oleh protein abnormal yang berkembang dari mutasi genetik yang mempengaruhi fungsi otak sehingga menyebabkan hilangnya memori, tak dapat mengendalikan gerakan otot dan halusinasi.

Pada tahun 1986, para peneliti melaporkan kasus seorang pria berusia 53 tahun yang menderita kurang tidur dan hanya mendapatkan tidur 2-3 jam per malam dalam New England Journal of Medicine.

Dua bulan kemudian, pria itu hanya bisa tidur satu jam per malam dan sering terganggu oleh mimpi yang nyata. Setelah 3-6 bulan, dia sama sekali tak bisa tidur dengan normal sehingga dia mengalami kelelahan parah, tremor tubuh dan sulit bernafas. Setelah 8 bulan, ia terjatuh dan akhirnya meninggal.

Setelah diteliti dari riwayat keluarga pria itu terungkaplah bahwa dua orang saudara perempuan dan banyak anggota keluarganya yang lain juga meninggal akibat penyakit serupa

Awalnya Cuma Susah Tidur, Lama-lama Bisa Darah Tinggi


AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Jakarta, Seseorang yang mengalami insomnia atau usah tidur biasanya gampang stres, tapi jarang dikaitkan dengan risiko penyakit kronis seperti hipertensi. Kali ini para ilmuwan membuktikan bahwa susah tidur bisa memicu tekanan darah tinggi.

Para peneliti dari Henry Ford Center of Sleep Dosirder membuktikan, kasus hipertensi atau tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada penderita insomnia dibandingkan pada orang yang tidurnya normal-normal saja. Kecenderungan ini menunjukkan bahwa keduanya saling berhubungan.

"Penyebab hipertensi pada penderita insomnia adalah seringnya terjaga di tengah malam maupun lamanya waktu yang dibutuhkan sejak terjaga hingga terlelap," kata Christopher Drake yang memimpin penelitian ini seperti dikutip dari Science Daily, Kamis (7/6/2012).

Menurut Drake, makin lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk terlelap maka risiko untuk mengalami tekanan darah tinggi cenderung meningkat. Demikian juga bagi orang yang tidurnya tidak nyenyak, makin sering terbangun di tengah malam maka risiko hipertensi juga lebih tinggi.

Drake menyimpulkan hal itu setelah melakukan pengamatan terhadap 5.314 penderita insomnia di seluruh dunia. Pengamatan tersebut dilakukannya melalui survei di Internet, yang antara lain menggali informasi tentang riwayat hipertensi dan pola tidurnya sehari-hari.

Insomnia sendiri adalah ketidakmampuan seseorang untuk terlelap dan banyak diderita oleh orang Amerika Serikat. Diperkirakan 30-40 persen warga di negara tersebut pernah mengalami gejala insomnia dalam setahun terakhir, bahkan 10-15 persen sudah mengalami insomnia kronis.

Selain meningkatkan risiko hipertensi seperti yang terungkap dalam penelitian Drake, gangguan tidur juga dikenal sebagai faktor risiko berbagai masalah kesehatan. Penelitian-penelitian terdahulu membuktikan bahwa masalah tidur bisa memicu obesitas, diabetes dan juga gangguan fungsi jantung

Pengertian Development Research



ADA sepucuk surat elektronik yang dikirim oleh seorang pembaca. Ia mengaku sebagai salah seorang mahasiswa pascasarjana. Dalam surat itu dituliskan “Apa perbedaan antara penelitian percobaan (experimental research) dan penelitian pengembangan (developmental research)? Baik. Mari ditelaah lebih jauh.

Tulisan ini diberi judul ‘Development Research’ walaupun dalam surat elektronik yang diterima digunakan istilah ‘developmental research’ sebagai padanan dari penelitian pengembangan.  Development research secara internasional mewadahi sejumlah penelitian dengan berbagai nama: Design studies; Design experiments; Design research; Development  research; Developmental research; Formative research; Formative inquiry; Formative experiments; Formative evaluation; Action research; dan Engineering research.

Beberapa jenis penelitian ini sudah cukup lama berada dalam kasanah literatur penelitian, misalnya action research dan formative evaulation. Beberapa yang lain  sungguh masih baru, misalnya design studies dan design experiment.  Di Indonesia, developmental research yang dipadankan dengan penelitian pengembangan dipahami sebagai sebuah telaah yang sistematis tentangmerencanakan, mengimplementasikan, mengembangkan, mengevaluasi suatu program, proses atau produk sehingga memenuhi syarat-syarat konsistensi internal serta efektivitasnya. Pada umumnya, hasil developmental research berupa deskripsi tentang pembuatan, pengembangan dan evaluasi dari suatu produk tertentu. Misalnya penelitian tentang pembuatan media pembelajaran, pembuatan tes psikologi, pembuatan alat ukur, dan sebagainya.  Ada juga penelitian yang diarahkan pada analisis dampak dari suatu produk.

Namun, dalam literatur penelitian yang standar, ‘developmental research’ dijelaskan sebagai penelitian yang bertujuan ‘to assess changes over an extended period of time’ - mempelajari perubahan tentang sesuatu yang berlangsung selama jangka waktu tertentu. Misalnya, penelitian diarahkan pada perubahan pilihan-pilihan ideal di antara kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi.  Peneliti membagi responden dalam ketiga kelompok itu yang diamati pilihan-pilihan idealnya dalam jangka waktu tertentu. Selama jangka waktu tersebut apakah terjadi perubahan-perubahan pilihan atau tidak. Jika terjadi perubahan kemana arah perubahannya. 

Sebagai contoh yang sangat terkenal adalah penelitian Piaget tentang perkembangan intelektual manusia. Piaget mengamati perkembangan intelektual ketiga anaknya sejak dari balita hingga dewasa. Ia menemukan bahwa intelektual anak-anaknya itu berubah dengan tahap-tahap yang sama baik urutannya maupun periodenya yaitu: pra-operasional (usia 0-6/7 tahun), operasional konkrit (6/7-12/13 tahun) dan operasional abstrak (sesudah usia 13 tahun). Piaget mengunakan ketiga anaknya sebagai ‘siklus’ pengamatannya. 

Untuk membedakan dengan penelitian model seperti inilah istilah ’development research’ yang digunakan dalam tulisan ini. Development research merujuk pada penelitian yang dikenal di Indonesia sebagai penelitian pengembangan, baik terkait dengan suatu program, proses maupun produk. Motif utama dari kegiatan penelitian pengembangan adalah keprihatinan  dari hasil penelitian-penelitian ‘tradisional’ yang ‘hanya’ berupa deskripsi tentang sesuatu baik secara umum (penelitian percobaan, survai) maupun secara khusus (studi kasus). Sementara, masyarakat praktisi mendambakan suatu ‘resep’ yang mujarab untuk menyelesaiakan sesuatu yang mereka hadapi. 

Kalaupun hasil suatu penelitian percobaan dipandang dapat dipakai untuk menyelesaiakan suatu masalah, hasil tersebut tetap bukan  sebuah ‘resep’ yang tepat guna. Karena,  penelitian percobaan bersifat ‘artificial’, bersifat laboratoris. Memang, penelitian percobaan yang menggunakan ‘quasi-experimental design’ dapat menangkis pendapat ini. Tetapi, penelitian ini masih dibatasi dengan jumlah variable yang tertentu saja. Sehingga, terasa kurang alamiah.

Dalam dunia pendidikan, dewasa ini penelitian pengembangan tersebar dalam berbagai ranah. Ada yang mengembangkan kurikulum. Ada yang mengembangkan media pembelajaran. Ada yang mengembangkan metode pembelajaran. Ada yang mengembangkan system evaluasi. Ada juga yang lebih luas dari itu yaitu menyelenggarakan model pendidikan, RSBI, SBI, unggulan misalnya. 

Secara umum, penelitian pengembangan digunakan untuk ‘mengurangi’  ketidakpastian para pengambil keputusan untuk dalam memilih suatu program, proses atau produk tertentu. Dalam penelitian digunakan istilah ‘intervensi’. Dua jenis hasil penelitian pengembangan ini adalah: berupa pendapat (saran) dan berupa dukungan ilmiah terhadap intervensi yang ditetapkan. Orang umum mengatakan berupa kajian akademik. Berdasarkan hasil penelitian pengembangan ini, para praktisi merasa dikuatkan pada putusan yang dibuatnya.   Inilah sejumlah hal yang cukup esensial tentang penelitian pengembangan. Kiranya, pembaca yang mengirim surat elektronik ini dapat mengembangkannya untuk mencari perbedaan antara penelitian percobaan dan penelitian pengembangan. Semoga! (*)
pontianakpos.com

Minggu, 20 Mei 2012 , 06:48:00

Tak Ada Kata Terlambat Berhenti Merokok

Jakarta - Rokok diketahui berdampak buruk bagi kesehatan, karenanya orang yang berhasil berhenti bisa hidup lebih lama. Karena itu tak ada kata terlambat untuk berhenti merokok.

Sebuah laporan studi terbaru menunjukkan mantan perokok bisa hidup lebih lama daripada orang yang belum bisa melepaskan kebiasaan merokok. Dalam studi ini peneliti melihat tidak peduli orang tersebut ada dalam kelompok usia yang mana.

Peneliti dari Jerman dalam Archives of Internal Medicine mengungkapkan fakta ini seperti menjadi panggilan bagi para perokok untuk mengikuti program berhenti merokok yang efektif berapa pun usianya.

"Bahkan orang tua yang sudah merokok seumur hidup tanpa konsekuensi negatif tetap harus didorong dan didukung untuk berhenti," ujar pemimpin studi Dr Hermann Brenner dari German Cancer Research Center di Heidelberg, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (13/6/2012).

Para peneliti menemukan perokok yang sudah berusia 60 tahun atau lebih memiliki kemungkinan 83 persen lebih tinggi untuk meninggal disetiap usianya dibanding orang yang tidak pernah merokok.

Sementara itu studi yang dilakukan Dr Prabhat Jha dari St. Michael's Hospital di Toronto juga menemukan sekitar 59 persen dari orang yang tidak merokok masih hidup pada usia 80 tahun dibandingkan dengan perokok yang hanya 26 persen.

"Sebagian besar perokok terlalu meremehkan risiko mereka sendiri. Banyak perokok yang sudah tua salah mengerti bahwa mereka terlalu tua untuk berhenti, atau terlalu tua untuk mendapatkan keuntungan dari berhenti merokok," ujar Dr Tai Hing Lam dari University of Hong Kong.

Zat kimia dalam tembakau diketahui bisa menyebabkan kerusakan sel karenanya orang yang merokok akan hidup jauh lebih pendek dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

Untuk itu jangan ragu berhenti merokok pada usia apa pun karena tetap akan ada manfaat yang diperoleh, tetapi sangat efektif jika orang tersebut berhenti merokok sebelum terkena penyakit.

(ver/fat) 
detik.com

10 Pekerjaan Bisa Bikin Gemuk

Jakarta - Apakah Anda menyadari pinggang Anda melebar dan perut Anda membuncit setelah bekerja? Bisa jadi itu karena pekerjaan Anda. Setiap pekerjaan tidak diciptakan sama karena satu pekerjaan bisa jadi lebih rentan terhadap kenaikan berat badan daripada pekerjaan lainnya.

Bahkan CareerBuilder, penyedia lowongan pekerjaan terbesar di Amerika Serikat telah membuat daftar 10 posisi teratas untuk pekerjaan yang menyusahkan bagi orang-orang di dalamnya untuk tetap fit seperti dilansir dari hlntv, Jumat (8/6/2012). Ke-10 pekerjaan itu diantaranya:

1. Agen perjalanan
2. Pengacara/hakim
3. Pekerja sosial
4. Guru
5. Seniman/desainer/arsitek
6. Staf administrasi
7. Dokter
8. Polisi/petugas pemadam kebakaran
9. Staf pemasaran/humas
10. Staf IT

Mengapa pekerjaan-pekerjaan ini dimasukkan ke dalam daftar? Menurut sebuah studi baru yang digelar oleh Harris Interactive, tingginya tingkat stres dan kurangnya pergerakan sepanjang hari kerja merupakan penyebab utama ke-10 pekerjaan itu bisa membuat Anda gemuk.

Studi ini menemukan bahwa 44 persen pekerja yang disurvei telah mengalami penambahan berat badan dalam pekerjaannya. Bahkan lebih dari separuh partisipan menyalahkan kenaikan berat badan itu pada aktivitasnya di kantor misalnya duduk di depan komputer sepanjang hari, bahkan makan siang di meja kerjanya.

Tidak mengherankan jika studi ini menemukan bahwa kebiasaan suka makan karena stres, sering keluar malam, melewatkan waktu makan karena adanya tenggat waktu pekerjaan dan perlakuan kantor juga berkontribusi terhadap penambahan berat badan yang berkaitan dengan pekerjaan.

Studi ini juga menemukan bahwa sebanyak 10 persen pekerja mendapatkan makan siangnya dari mesin penjual otomatis (vending machine) dan 71 persen pekerja mengaku makan makanan ringan selama bekerja.

Namun, Anda tak bisa sepenuhnya menyalahkan pekerjaan Anda karena "semakin banyak perusahaan yang menerapkan inisiatif hidup sehat di tempat kerja," ujar Rosemary Haefner, Wakil Direktur SDM di CareerBuilder. "Namun hanya 10 persen pekerja yang menyatakan mendapatkan keuntungan dari kebijakan ini."


(ir/fat) detik.com

Kurangi Konsumsi Karbohidrat Berakibat Kolesterol Naik


Jakarta - Kentang adalah salah satu sumber karbohidrat yang baik. Demikian juga nasi dan roti yang banyak digemari. Namun sebuah penelitian menemukan bahwa konsumsi karbohidrat yang kurang memicu naiknya kadar kolesterol.

Penelitian yang dilakukan di Swedia selama 25 tahun melibatkan 140.000 orang responden yang dicek kesehatannya. Rata-rata mereka baru menyadari jika menderita penyakit kardiovaskuler atau jantung. Penelitian ini dimulai sejak tahun 1970.

Sebuah program diet juga diperkenalkan pada tahun 1985, yang dimulai dengan pemberian label makanan, pelajaran memasak hingga informasi kesehatan atau saran diet. Sedangkan di tahun 1992, asupan lemak untuk pria dan wanita juga mulai dibatasi. Semua program ini dicantumkan dalam Nutrition Journal.

Pada tahun 1986 tercatat para responden meningkat konsumsi lemaknya sementara konsumsi karbohidratnya justru menurun. Hal ini disebabkan oleh Diet Atkins (diet rendah karbohidrat) yang diperkenal dan populer saat itu.

Atkins diet hanya dianjurkan untuk makan daging dan lemak saja. Namun harus membatasi konsumsi karbohidrat seperti nasi, kentang, roti, mi, dan lainnya. Karena itu kadar kolesterol bisa cepat meningkat meskipun sudah minum obat penurun kolesterol.

"Hal ini ada hubungannya dengan gizi dan kesehatan karena melibatkan komponen makanan tertentu. Komponen makanan ini berinteraksi dengan beberapa faktor seperti kebutuhan genetik dan individu," ungkap Ingegerd Johansson, seorang profesor dari University of Gothenburg, Swedia, yang memimpin penelitian.

Diet rendah karbohidrat memang dapat membantu menurunkan berat badan dengan cepat. Hasil lain penelitian ini menunjukkan bahwa berat badan yang cepat turun ini justru membuat kolesterol darah meningkat. Hal ini bisa memberikan dampak yang besar untuk kesehataan jantung dan beresiko terkena penyakit kardiovaskular.

(fit/fat) detik.com

Ingin Sehat? Kurangi Nonton Televisi


Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM - Menonton televisi (TV) sudah menjadi aktivitas rutin untuk masyakarat di kota besar seperti Jakarta. Tapi saking asyiknya nonton TV, kita jadi lupa waktu dan melupakan aktivitas lainnya yang lebih bermanfaat seperti berolahraga. Tidak ada aktivitas yang membakar lemak tubuh, maka berat badan pun kian bertambah.
Bukan omong kosong, ternyata hal ini juga sudah dibuktikan oleh banyak penelitian ilmiah yang menyimpulkan kalau menonton TV dengan durasi cukup panjang dapat memicu obesitas dan diabetes tipe 2.
Oleh karena itu, para ilmuwan mengambil simpulan, dengan mengurangi waktu menonton adalah satu cara paling efektif untuk mengurangi berat badan. Tak hanya itu saja, agar lebih efektif lagi, Anda juga disarankan untuk menambah asupan seperti buah dan sayuran.
"Dengan hanya mengubah dua gaya hidup itu, maka akan memberikan perubahan besar, orang pun juga tak merasa terbebani," ujar Bonnie spring, profesor di Fakultas Kedokteran Northwestern University Feinberg, seperti yang dikutip dari Medical Daily.
Lewat penelitian yang dipimpinnya, para peneliti merekrut 204 partisipan berumur 21 tahun-61 tahun. Semua partisipan harus melakukan semua tugas yang dibagi menjadi empat grup.
Grup pertama diharuskan meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, plus aktivitas fisik. Grup kedua hanya mengurangi makanan berlemak dan tetap dengan gaya hidup lama, yaitu menonton TV. Sedangkan grup ketiga, para partisipan diharuskan mengurangi makanan berlemak dan meningkatkan kegiatan fisik. Dan grup terakhir harus meningkatkan asupan buah-buahan dan sayuran sekaligus mengurangi menonton TV.
Seluruh partisipan yang berhasil menurunkan berat badan mendapatkan bayaran. Setelah berhasil, mereka dapat kembali ke gaya hidup lamanya asalkan mereka mau mengirimkan data kesehatan mereka selama tiga hari per bulannya selama enam bulan.
Hasil penelitian menyimpulkan, para partisipan yang mengonsumsi buah dan sayuran, serta mengurangi waktu bermalas-malasan di sofa karena nonton TV berhasil mengurangi berat badannya.
Hampir 86 persen dari para partisipan itu mengatakan ketika mereka berhasil menurunkan berat badan, mereka pasti akan mencoba untuk mempertahankan dan menjaga stabilitas berat badan mereka.
"Kami menyimpulkan orang dapat membuat perubahan besar dalam waktu yang cukup singkat dan menjaga berat bedan itu dengan baik," ungkap Spring.
"Banyak sekali gaya hidup orang Amerika yang dapat memicu berbagai macam penyakit seperti kanker dan jantung, tapi mereka dan para dokter bingung bagaimana memulai cara untuk merubah gaya hidup tersebut," tambahnya

GRATIS PLUS HADIAH

Hosting Gratis