------###################$$$$ Kumpulan Artikel Penelitian Sains, Kesehatan, Kualitatif dan Kuantitatif Terbaru dan Akurat $$$$###################------ by alumni (SDN 24 KAMP. TANGNGA BELOPA LUWU - SMPN 1 BELOPA, LUWU - SMAN 1 BELOPA, LUWU - POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG - UNIV NEG MAKASSAR) SULAWESI SELATAN
Sabtu, 23 Juni 2012
Istirahat Total dapat Sembuhkan Gegar Otak
Beristirahat selama sepekan dari semua kegiatan fisik dan mental -- termasuk menonton televisi, menelepon dan bertemu teman -- dapat membuat kinerja mental menjadi lebih baik dan meredakan gejala pada penderita gegar otak, demikian hasil sebuah penelitian.
Menurut sebuah laporan Journal of Pediatrics, beristirahat selama sepekan penuh masih memiliki manfaat bahkan berbulan-bulan setelah orang mengalami cedera.
"Hal itu sangat penting karena kita sering mendapati pasien dengan gejala pasca-gegar otak berbula-bulan setelah mengalami cedera," kata Direktur Pusat Gegar Otak Olahraga dari New Jersey Rosemarie Moser, yang juga penulis utama dalam penelitian itu.
Gejala pasca-gegar otak meliputi sakit kepala, gangguan mental, kelelahan, sulit konsentrasi dan sulit tidur.
Biasanya, istirahat merupakan jenis perawatan yang utama tapi bukan yang sistematis dan komprehensif, kata Moser. Beristirahat dapat dilakukan secara beragam sesuai dengan bagaimana para praktisi mendefinisikannya. Penelitian tersebut bertujuan untuk menguji hasil dari beristirahat secara intensif.
Kelompok peneliti itu melakukan uji coba dengan meminta 49 pasien, yang berusia setara sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan perguruan tinggi, untuk beristirahat selama sepekan penuh. Aturan yang ditetapkan kepada mereka ketat, yaitu mereka tidak boleh pergi sekolah atau bekerja, menelepon, berolahraga, menonton televisi, bersosialisasi maupun bekerja di depan komputer.
Sebanyak 14 pasien memulai terapi itu dalam sepekan selama mereka mengalami cedera, sementara 22 orang lainnya memulainya dalam sebulan. Sisanya memulai istirahat sepekan itu antara satu dan tujuh bulan setelah gegar otak.
Pada awal penelitian, semua pasien mengalami gejala yang berhubungan dengan gegar otak, seperti sakit kepala dan sulit berkonsentrasi. Namun semuanya mengalami perbaikan setelah mereka beristirahat selama sepekan.
Para atlet yang mulai melakukan cara pengobatan itu mengalami penurunan gejala pasca-gegar otak dari angka 22, pada skala poin 132, ke angka tujuh, Mereka yang beristirahat lebih dari sebulan mengalami penurunan gejala dari 28 ke delapan.
"Semua gejala itu membaik secara dramatis. Secara kualitatif, anda merasa lebih baik," kata Moser.
Moser dan rekan-rekannya juga melakukan tes mental terhadap para partisipan -- yaitu pengukuran memori, kecepatan pemrosesan, dan waktu reaksi -- pada saat sebelum dan sesudah mereka beristirahat. Para peneliti itu menemukan bahwa para pasien tersebut menjadi lebih baik saat melakukan tes mental sesudah beristirahat.
Para peneliti itu tidak membandingkan perbaikan kinerja para partisipan dengan penderita gegar otak lain yang tidak beristirahat dalam waktu khusus, atau dengan mereka yang beristirahat tapi kurang dari anjuran seharusnya.
"Penelitian tersebut menghasilkan sejumlah bukti untuk mendukung suatu rekomendasi yang sudah ada," kata Willem Meeuwisse, seorang profesor di Universotas Calgary.
Profesor Willem Meeuwisse juga seorang dokter spesialis di bidang cedera olahraga dan tida terlibat dalam penelitian itu.
Namun dia mengatakan bahwa penelitian itu masih belum jelas apakah istirahat yang diperlukan tersebut menjadi seintensif seperti manfaatnya. (Ant/ICH)
http://www.metrotvnews.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar