Jakarta, Kompas - Kelebihan berat badan dan obesitas mengancam generasi muda Indonesia. Kondisi yang salah satunya disebabkan kelebihan gizi tersebut, justru membawa kerentanan berbagai penyakit tak menular yang membahayakan.
Remaja juga terbelit masalah kelebihan berat badan. Mengutip riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan tahun 2007 dan 2010, remaja perempuan gemuk meningkat dari 23,8 persen menjadi 26,9 persen. Remaja laki-laki gemuk meningkat dari 13,9 persen menjadi 16,6 persen.
”Dari sepuluh remaja putri, tiga di antaranya gemuk. Dari sepuluh remaja putra, dua di antaranya gemuk,” kata Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Hardinsyah pada Seminar Nasional Gizi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok, Sabtu (19/11).
Sepertiga anak obesitas, lanjut Hardinsyah, akan menjadi obesitas saat dewasa. Sementara separuh anak sekolah yang obesitas akan menjadi obesitas saat dewasa.
”Risiko obesitas saat dewasa lebih besar pada anak yang sangat obesitas dan anak berusia lebih tua (3-10 tahun),” kata dia.
Kepala Subdirektorat Bina Kewaspadaan Gizi Kementerian Kesehatan Erman Sumarna menyatakan, kasus kelebihan berat badan (overweight—level di atas obesitas) terus meningkat. Perbandingan hasil riset kesehatan dasar pada anak usia di bawah lima tahun menunjukkan, kelebihan berat badan tercatat 12,2 persen pada 2007 dan naik menjadi 14 persen pada 2010.
Selain pola makan dan kurang aktivitas fisik, kelebihan berat badan terjadi karena kebijakan masa lalu yang memukul rata peningkatan gizi anak tanpa melihat kondisi spesifiknya.
Penyakit degeneratif
Kelebihan berat badan sangat erat hubungannya dengan berbagai penyakit degeneratif yang membahayakan, antara lain, diabetes, jantung, hipertensi, tekanan darah, dan tulang.
Sejauh ini olahraga masih dinilai solusi mencegah kegemukan. Gaya hidup sehat, seperti menjauhi rokok dan minuman keras juga positif.
Selain olahraga dan memilih makanan sehat, Hardinsyah memberi kiat-kiat mengurangi berat badan dengan minum air putih 500 mililiter sebelum makan utama. Banyak minum bisa sangat membantu mengurangi berat badan.
Cara tersebut memicu metabolisme lemak. Dengan mengurangi berat badan, risiko berbagai penyakit bisa dikurangi.
Masalah global
Isu gizi telah menjadi permasalahan banyak negara. Selain Amerika Serikat, banyak penduduk di China yang mengalami masalah kelebihan berat badan.
Sementara di negara lain, seperti Malaysia dan Timor Leste, menurut Erman, dihadapkan pada masalah postur tubuh kurus-pendek. Di Laos dan Kamboja, dilanda masalah kekurangan vitamin A. Thailand didominan masalah kekurangan zat besi.
Di Indonesia? ”Semua masalah gizi itu ada, seperti anemia, vitamin A, overweight, iodium, dan zat besi. Ini menunjukkan kita punya permasalahan serius,” ucap Erman.
Dampak semua kondisi itu bisa ditemui di kalangan anak-anak usia sekolah dasar dan menengah.
Sri Megawati, Direktur Human Resources and Corporate Affairs Frisian Flag menyatakan, penelitian mikronutrien menyeluruh masih kurang dilakukan di Indonesia. Selama produknya berada di Indonesia sekitar 90 tahun, ukuran kandungan gizi susu di dalamnya masih didasarkan riset global. ”Belum ada yang spesifik untuk kondisi masyarakat Indonesia,” ucap dia.
Sejak Januari 2011, bersama Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), dilakukan penelitian terhadap 7.200 anak usia 23 bulan hingga 12 tahun di 48 kabupaten/kota dan 25 provinsi yang dipilih acak. Peneliti mengecek darah, memberi tes psikologis, dan survei pola hidup/konsumsi masyarakat. Diperkirakan selesai akhir Desember 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar