
Oleh karena itu Dr. Satish Garg, pemimpin redaksi Diabetes Technology & Therapeutics dan profesor kedokteran dan kedokteran anak di University of Colorado Denver dalam artikelnya menuliskan bahwa peningkatan pemahaman tentang hubungan antara variabilitas glikemi dan gangguan psikologis dapat membantu kita menyusun strategi-strategi yang efektif untuk mengelola kondisi pasien.
"Hal ini karena gangguan mood dan kaitannya dengan rendahnya kontrol glukosa yang dapat menyebabkan komplikasi diabetes jangka panjang adalah
kekhawatiran yang luar biasa," ujar Garg seperti dilansir dariUPI.com, Rabu (9/5/2012).
"Namun kami masih belum tahu kondisi mana yang datang lebih dulu. Hal ini membutuhkan investigasi lebih lanjut, terutama dengan menggunakan teknologi yang lebih baru seperti pemantauan glukosa secara kontinyu," lanjutnya.
Hasil penelitian ini didapatkan Garg dari Sue Penckofer dari Loyola University Chicago di Maywood, Ill., dan koleganya dari University of Illinois, Chicago, Saint Mary's College, Notre Dame and Integrated Medical Development di Princeton Junction, N.J. yang melakukan pemantauan glukosa secara kontinyu dari sekelompok wanita penderita diabetes tipe 2.
Dalam artikel berjudul 'Does Glycemic Variability Impact Mood and Quality of Life?' tersebut, Gard juga mengungkapkan bahwa peneliti menemukan variabilitas glikemi yang lebih besar mungkin saja berkaitan dengan mood negatif dan rendahnya kualitas hidup.
sumber : http://health.detik.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar