Merry Wahyuningsih - detikHealth
(Foto: thinkstock)
Stroke adalah gangguan fungsi saraf baik berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara atau penurunan kesadaran yang terjadi secara mendadak akibat gangguan peredaran darah ke otak.
Tingginya angka kejadian stroke baru dan kecacatannya di negara berkembang (seperti Indonesia) tidak dapat dilepaskan dari kurangnya pemahaman tentang stroke. Permasalahan yang muncul adalah kurang dikenalinya gejala stroke.
"Stroke dapat diobati. Pengobatan stroke yang optimal berpacu dengan waktu. Semakin cepat mendapat pertolongan, maka semakin besar kemungkinan terhindar dari kematian dan kecacatan akibat stroke," jelas Prof dr Teguh AS Ranakusuma, SpS (K), dokter spesialis saraf dari Departemen Neurologi FKUI RSCM, dalam acara seminar 'Don't Worry Be Happy After Stroke' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Jumat (3/12/2010).
Menurut Prof Teguh, angka kematian akibat stroke bervariasi, semakin cepat mendapat pertolongan maka akan semakin besar kemungkinan untuk sembuh.
Ada sekitar 70 persen orang dapat selamat dari serangan stroke (stroke survivors). Tapi masih banyak stroke survivors yang mengalami kecacatan, mulai dari kecacatan ringan hingga berat setelah serangan stroke (pasca stroke).
Kenapa pasien stroke susah sembuh?
Prof Teguh mengatakan kecacatan pasca stroke ini sering membuat pasien dan keluarga pasien sangat terpuruk dan berdampak tidak hanya pada fisik, tetapi juga secara sosial, ekonomi dan psikologi. Kondisi mental yang drop kebanyakan yang menyebabkan pasien susah sembuh.
"Jangan biarkan pasien terlantar di rumah, tetapi juga jangan terlalu mengasihaninya. Bantu mereka untuk mandiri melakukan aktivitas sehari-hari dan selalu berikan semangat agar mau kembali sembuh. Untuk sembuh butuh semangat dari diri pasien sendiri dan tentu saja dukungan dari keluarga," kata Prof dr Harsono, SpS (K), dari bagian IP Saraf FK UGM dan SMF Panyakit Saraf RS Dr Sardjito.
Sedangkan Prof Dr Ir Tati R Mengko, Guru Besar Fakultas Teknik Elektronika dan Informatika ITB, yang juga merupakan stroke survivors mengaku bahwa keluarga bisa menjadi penolong yang bisa membantu stroke survivors sembuh dengan lebih cepat. Tapi kadang keluarga yang terlalu mengasihani justru membuat pasien tak kunjung sembuh karena tidak bisa mandiri.
"Kunci utamanya adalah pasien dan keluarga pasien harus mau menerima dan melakukan adaptasi dengan keadaan tersebut. Pasien tidak boleh cengeng dan keluarga juga tidak boleh mengasihani pasien. Dikasihani itu tidak enak," kata Prof Tati.
Jangan kasihani pasien stroke tapi pedulilah dengan pasien stroke, karena pasien stroke yang terlalu cengeng dan selalu dikasihani kebanyakan tidak ada daya juan
(mer/ir)
Sumber : detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar