AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
foto: Thinkstock
Ibuprofen bukan satu-satunya pereda nyeri yang meningkatkan risiko penyakit jantung. Pada tahun 2004, pereda nyeri yang lain yakni Rofecoxib yang dipasarkan dengan nama dagang Vioxx ditarik dari peredaran karena dapat memicu stroke dan serangan jantung.
Risiko yang sama ternyata juga ada pada ibuprofen, yang hingga saat ini sangat populer penggunaannya termasuk untuk meredakan nyeri menstruasi. Bedanya pada ibuprofen peningkatan risiko terjadi hanya dalam pemakaian jangka panjang.
"Pada umumnya pasien minum ibuprofen dalam periode singkat sekedar untuk mengatasi nyeri akut. Asal tidak berlebihan, risikonya sangat kecil," ungkap Prof Simon Maxwell dari British Pharmacological Society’s Prescribing Committee seperti dikutiop dari Dailymail, Kamis (13/1/2011).
Menurut Prof Maxwell, risiko untuk mengalami stroke baru akan meningkat pada penggunaan ibuprofen sebanyak 3-4 butir/hari dengan dosis hingga 2.000 mg berturut-turut selama beberapa bulan atau bahkan 1 tahun. Untuk sekedar mengatasi sakit kepala, dosis dan lama pemakaian tentunya tidak akan sebesar itu.
Kekhawatiran atas pengunaan ibuprofen mencuat setelah para ahli dari University of Bren di Swiss mempublikasikan temuan terbarunya baru-baru ini. Temuan yang dipublikasikan di British medical Journal itu merupakan hasil penelusuran terhadap 31 uji klinis yang melibatkan 116.429 pasien.
Para ahli mengungkap bahwa pasien yang menggunakan ibuprofen sebagai antiradang maupun sebagai pereda nyeri dalam jangka waktu lama bisa meningkatkan risiko stroke hingga 3 kali lipat. Antiradang yang lain yang juga meningkatkan risiko stroke pada pemakaian jangka panjang adalah di
(up/ir)
sumber : detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar