Garam (Foto: Corbis)
SEMENTARA di televisi kita sering melihat iklan layanan masyarakat yang dibawakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengenai sosialisasi gula tambahan dan bahayanya bagi kesehatan anak, sebenarnya ada bahaya lain yang juga mengancam kesehatan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Apakah itu? Garam. Ya, penggunaan garam memang tidak bisa dipisahkan dari pembuatan berbagai masakan, khususnya masakan Nusantara. Seperempat masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan asin setiap hari. Padahal, konsumsi garam yang berlebih dapat memberikan efek serius terhadap kesehatan. Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah yang berpotensi menimbulkan penyakit serius, seperti penyakit jantung dan stroke. Asupan garam berlebih juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Penelitian membuktikan bahwa pasien dengan tekanan darah tinggi yang normal mendapat keuntungan secara signifikan dengan mengurangi asupan garam. Karena itu, risiko mereka menderita penyakit kardiovaskular menurun hingga 25 persen untuk 10 hingga 15 tahun mendatang. Mengurangi asupan garam juga bisa menurunkan risiko stroke.
Kardiologis dr A Sari S Mumpuni SpJP FIHA mengatakan, Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi) sebenarnya sudah beberapa kali mendatangi Kementrian Kesehatan untuk menyosialisasikan bahaya garam berlebih dan rokok.
“Namun, sampai saat ini belum ada tanggapan serius. Padahal, kalau kita lihat di Amerika Serikat, pemerintahnya lebih concern. Ambil contoh di restoran-restoran, kini sudah tidak diperbolehkan lagi menaruh garam di atas meja,” kata Sari.
Pada kemasan makanan pun selalu tertera jumlah kandungan garam dan gula. Idealnya asupan garam yang boleh dikonsumsi setiap hari adalah hanya? Sendok teh. Namun, bukan hanya garam yang ditambahkan pada masakan yang patut diwaspadai.
“Makanan maupun minuman yang mengandung natrium benzoate dan monosodium glutamate (MSG) juga mengandung kadar garam yang tinggi,” sebut ahli gizi dr Fiastuti Witjaksono MSc MS SpGK yang ditemui pada acara ASMIHA ke-21.
Ia menambahkan, orangtua seharusnya menyediakan makanan bergizi kepada anak-anaknya dan menghindari junk food serta mengajak anak rutin berolahraga. Pada intinya diperlukan kerja sama yang lebih intensif antara pemerintah, profesi, dan masyarakat agar upaya pencegahan PTM benar-benar menggema di Indonesia.
Manfaat pencegahan sendiri telah dihitung ahli ekonomi kesehatan di Amerika. Misalnya untuk peraturan dilarang merokok di ruang publik yang benar-benar dipatuhi, diperkirakan akan menghemat biaya kesehatan langsung dan tak langsung sebesar USD10 triliun per tahun.
(tty)
Apakah itu? Garam. Ya, penggunaan garam memang tidak bisa dipisahkan dari pembuatan berbagai masakan, khususnya masakan Nusantara. Seperempat masyarakat Indonesia mengonsumsi makanan asin setiap hari. Padahal, konsumsi garam yang berlebih dapat memberikan efek serius terhadap kesehatan. Asupan garam yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah yang berpotensi menimbulkan penyakit serius, seperti penyakit jantung dan stroke. Asupan garam berlebih juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Penelitian membuktikan bahwa pasien dengan tekanan darah tinggi yang normal mendapat keuntungan secara signifikan dengan mengurangi asupan garam. Karena itu, risiko mereka menderita penyakit kardiovaskular menurun hingga 25 persen untuk 10 hingga 15 tahun mendatang. Mengurangi asupan garam juga bisa menurunkan risiko stroke.
Kardiologis dr A Sari S Mumpuni SpJP FIHA mengatakan, Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi) sebenarnya sudah beberapa kali mendatangi Kementrian Kesehatan untuk menyosialisasikan bahaya garam berlebih dan rokok.
“Namun, sampai saat ini belum ada tanggapan serius. Padahal, kalau kita lihat di Amerika Serikat, pemerintahnya lebih concern. Ambil contoh di restoran-restoran, kini sudah tidak diperbolehkan lagi menaruh garam di atas meja,” kata Sari.
Pada kemasan makanan pun selalu tertera jumlah kandungan garam dan gula. Idealnya asupan garam yang boleh dikonsumsi setiap hari adalah hanya? Sendok teh. Namun, bukan hanya garam yang ditambahkan pada masakan yang patut diwaspadai.
“Makanan maupun minuman yang mengandung natrium benzoate dan monosodium glutamate (MSG) juga mengandung kadar garam yang tinggi,” sebut ahli gizi dr Fiastuti Witjaksono MSc MS SpGK yang ditemui pada acara ASMIHA ke-21.
Ia menambahkan, orangtua seharusnya menyediakan makanan bergizi kepada anak-anaknya dan menghindari junk food serta mengajak anak rutin berolahraga. Pada intinya diperlukan kerja sama yang lebih intensif antara pemerintah, profesi, dan masyarakat agar upaya pencegahan PTM benar-benar menggema di Indonesia.
Manfaat pencegahan sendiri telah dihitung ahli ekonomi kesehatan di Amerika. Misalnya untuk peraturan dilarang merokok di ruang publik yang benar-benar dipatuhi, diperkirakan akan menghemat biaya kesehatan langsung dan tak langsung sebesar USD10 triliun per tahun.
Sumber : Okezone.com
RABU, 11 APRIL 2012 14:34 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar